Suara Buruh Nasional

Minggu, 28 Juli 2013

Petani Desa Tebing Tinggi Gagal Tanam Karena Sulit Dijangkau Irigasi

DIDUGA PEMERINTAH SERDANG BEDAGAI TEDAK PEDULI TERHADAP PETANI

 Sergai, SBN---Sejumlah petani di Desa Tebin Tinggi kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai mulai mengeluhkan kurangnya air untuk mengailri sawah mereka khususnya saat musim kemarau tiba. Hektaran sawah milik para petani bahkan ada yang gagal tanam, bahkan ada yang sawahnya yang sama sekali tidak pernah tersentuh air kini keadaan tanaman padinya sudah lama mengering dan mati. 

        Salah seorang petani setempat  T.Silitonga (36) mengatakan kejadian itu selalu terjadi di desanya khususnya saat musim kemarau tiba. Aliran air sulit menjangkau sawahnya yang kebetulan berada paling ujung di desanya tersebut. 
      “Air itukan mengalir dari arah utara sana pak, nah saya yang berada dipaling ujung selatan ini seringkali tidak kebagian air pak. Air hanya mampu mengairi sawah-sawah yang ada di hulu sana, itupun pengairanya tidak sempurna. Jadilah saya sekarang ini petani tadah hujan, yang hanya bisa mengandalkan air dari hujan.”Katanya. 
       Petani lainnya M.Silitonga (50) Desa Tebing Tinggi Rabu (24/7) mengaku berani membayar Rp.500.000 untuk mengairi satu hektar sawahnya dengan menyewa alat pemompa air yang disewakan oleh sejumlah orang yang jeli melihat keadaan tersebut. Ini menguntungkan bagi mereka yang punya mesin pompa air namun cukup membebani para petani. 
     “Saya terpakasa membayar untuk mengairi sawah itu, karena kalau tidak maka saya terancam gagal tanam. Sekali mengairi sawah sampai lima ratus ribu. Terkadang ada kalanya saya mengairi sawah dengan menyewa masin pompa air itu lima kali dan seterusnya, karena ada saatnya tiba-tiba setelah kita airi malah kering kembali sawahnya, jadi ya kita sewa lagi pompa air dan keluarkan biaya lagi untuk kepetingan sawah,”ungkapnya.   
        Menurut ketua IP3A Kabupaten Serdang Bedagai Warno (69) Desa Sei Bamban mengatakan bahwa debet air yang biasa digunakan para petani yaitu Sungai Sei Rampah tidak sanggup mengairi 4 kecamatan, maka diambil kebijaksanaan pengambilan air berasal dari aliran sungai sekitar yaitu Sungai Subaro Desa Pertapahaan Kecamatan Tebing Tinggi kawasan PTPN3 Kebun Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai.
      “Saya membayangkan pengambilan air berasal dari aliran SUNGAI sekitar yaitu Sungai Subaro Desa Pertapahaan Kecamatan Tebing Tinggi kawasan PTPN3 Kebun Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai, jadi air dari Sungai Subaro akan dialirkan dan kapanpun bisa dengan lancar dialirkan. Namun itu hanya hayalan kami saja barangkali yang tidak akan mungkin pernah terwujud,”katanya sembari mengernyitkan keningya. 
         K.Siahaan menambahkan, apa yang ia pikirkan barangkali hanya pesan kosong yang tidak akan pernah bisa diwujudkan, namun demikian ia percaya ide-ide semacam itu pasti pernah terlintas dalam pikiran para pejabat pemerintah daerah yang saat ini mengemban tugas untuk meningkatkan kwalitas dan kehidupan para petani di derah Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin ini. 
        “Saya percaya pemerintahan yang sekarang ini sudah mengetahui keadaan para petani seperti saya ini, itu terbukti dari KUPTD Sei Bamban dan koordinator Bapak Babinsa Serda Syapri yang juga merupakan salah satu anggota Koramil II Kecamatan Tanjung Beringin bahkan hal ini telah dipikirkan jauh-jauh hari sebelum Bupati Sergai Ir.H.T. Erry Nuradi, M.Si yang sekarang ini terpilih menjadi Wakil Gubernur Sumatra Utara. Sekarang ya tinggal kita menunggu kapan direalisasikan visi misi itu,”imbuh petani lainya Warno (69) Desa Sei Bamban sembari mengangguk-anggukan kepalanya. 
       Sementara itu, salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Serdang Bedagai Longwai Pakpahaan, Dahrizul membenarkan apa yang disampaikan warga tersebut. Persawahan di sejumlah wilayah di Desa Tebing Tinggi memang kerap kali dilanda kekurangan air. Hal tersebut menurut menjadi mimpi buruk para petani di Desa Tebing Tinggi. Apalagi satu-satunya cara untuk mengatasi hal itu saat ini yakni dengan menyewa tukang pompa air dengan mesin pompa yang biayanya juga terbilang tidak sedikit. 
         “Saya memang melihat kalau di 4Kecamatan itu sering kekurangan air, apa lagi seperti musim kemarau panjang yang saat ini sedang melanda. Saya bisa melihat tanaman padi yang terlihat mulai mengering karena kekurangan air. Dan saya tau warga petani sampai harus menambah biaya lagi lima ratus ribu rupiah lebih untuk satu hekatar sawah.”Katanya. 
         Latimin  ketua Gabungan Petani Pemakai Air (GP3A) menjelaskan, di kecamatan Tebing Tinggi sejauh ini hanya desa Pertapahaan dan sekitar Sungai Subaro Desa Pertapahaan Kecamatan Tebing Tinggi kawasan PTPN3 Kebun Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai yang masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan irigasi. Hal itu menurutnya akibat dari letak Georagfis desa Pertapahaan yang berada di paling ujung saluran irigasi. 
        “Ada memang sawah-sawah yang bisa dipenuhi kebutuhan irigasinya dari bendugan Sungai Mulio Desa Pintu air namun itu hanya sebagian kecil saja. Sehingga memang kondisi seperti itu harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Caranya dengan memperbaiki saluran irigasi yang ada atau dengan membangun saluran irigasi baru, apabila itu akan dialirkan dari bendungan Sungai Mulio.”Imbuhnya. 
       Yang menjadi kendala lain dalam penyaluran air irigasi tersebut adanya dataran yang lebih tinggi dari dataran persawahan lainya sehingga air-air tersebut tidak bisa menembus sawah lainya, itu yang mungkin oleh pemeritah daerah untuk membuat saluran irigasi baru. Apa lagi saat sekarang ini banyak masyrakat yang sedang menanam jagung dan Ubi yang saat ini keaadanya sangat butuh air irigasi. 
     “Saya sempat memperjuangkan untuk diusulkan keDinas Pertanian dan Pu PSDA Serdang Bedagai, Sumatra Utara  untuk membuat Irigasi agar tidak meluap ke perkebunan  PTPN3 Kebun Rambutan disana namun belum tembus. Karena ada beberapa tempat yang mengharuskan untuk dibuatkan Irigasi dan hal itu  juga sangat memungkinkan. Nah untuk membuat saluran irigasi seperti Irigasi itu, bisa-bisa saja dilakukan namun harus disesuaikan dengan kemampuan daerah, itu pasti membutuhkan biaya besar, tetapi itu ide yang sangat brilian. Bukankah segala sesuatu yang membuat dunia terbelalak itu semuanya berawal dari mimpi?” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comments